Mesin
Panen Tebu
(SUGARCANE
HARVESTER)
Panen
Pelaksanaan panen pada tanaman tebu
meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu taksasi hasil perencanaan pelaksanaan
tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu dan tebang angkut.
Taksasi Hasil
Taksasi hasil dilakukan untuk
menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantainya, sehingga dapat direncanakan
berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus disiapkan dan berapa
banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya taksasi
dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari.
Pelaksanaan Tebang
Digunakan dua metode penebangan
yaitu tebu hijau (Green Cane) dan
tebu bakar (Burn Cane). Metode tebu hijau adalah menebang tebu dalam kondisi tanpa
ada perlakuan pendahuluan, sedangkan tebu bakar adalah dilakukan pembakaran
sebelum tebang untuk memudahkan penebangan dan mengurangi sampah yang tidak
perlu. Tebu di Jawa dilakukan tanpa bakar, sedangkan di luar Jawa khususnya
Lampung ± 90% dilakukan dengan bakar.
Cara
pemanenan tebu
A.
Pemanenan tebu secara
manual
Pemanenan tebu
secara manual dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) loose cane, dan (2) bundle
cane. Hasil panen dari loose cane
berbentuk lonjoran yang lepas dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan grab loader, sedangkan hasil panen
dengan cara menggunakan bundle can
berbentuk lonjoran yang terikat dan dimuat ke kendarran angkut menngunakan
tenaga manusia.
Tahap pelaksnaan pemanenan tebu
dengan cara loose cane ( Soepardan,
1988):
a.
Daun tebu kering
dibersihhan dan diletakkan dalam satu barisan
b.
Pangkal batang tebu di
permukaan tanah dipotong
c.
Pucuk batang tebu di
potong
d.
Potongan batang tebu
ditumpum pada satu barisan, umumnya 4 atau 6 deretan tebu yang telah ditebang disusun
menjadi 1 deretan melintang.
Tahap-tahap
pemanenan tebu dengan cara bundle cane
adalah sama dengan loose cane,
perbedaannya terletak pada potongan batang –batang tebu yang diikat dengan
jumlah tertentu kemudai disusun pada suatu barisan.
Kapasitas lapang
pemanenan tebu secara manual umumnya sebesar 0,0025 ha/jam/orang. Apabila dalam
1 hari bekerja selama 8 jam maka akan diperoleh luasan tebu panen 0,02 ha.
Pabrik gula yang mempunyai areal tebu panen seluas 15.000 ha, maka akan
diperlukan 750.000 hari orang pemanen tebu. Kondisi ini telah memicu penggunaan
mesin panen tebu yang mempunyai kapasitas tebang lebih besar.
Gambar 1.Pemanenan
tebu secara manual
B.
Pemanenan tebu secara
mekanis
Factor-faktor yang menyebabkan dilakukannya panen tebu
secara mekanis menggunakan mesin panen tebu (sugarcane
harvester) diantanya adalah:
a.
kesulitan memperoleh
tebang tebu karena adanya persaingan memperoleh tenaga kerja penebang tebu,
terutama untuk pabrik gula didaerh yang jarang penduduknya.
b.
Tenaga tebang tebu
hanya bekerja 8 jam per hari
c.
Kapasitas tebang tebu
mesin pemanen tebu jauh lebih besar disbanding tenaga kerja tebang tebu.
d.
Waktu panen tebu yang
optimum umumnya relative lebih singkat sehingga penggunaan mesin panen tebu (sugarcane harvester), terutma pada
daerah dengan tenaga kerja terbatas, akan dapat membantu penyelesaian kegiatan
pemanenan tebu pada waktu yang telah ditentukan, sehingga susut tebu atau gula
dapat dikurangi.
Factor-faktor yang ditimbulkan oleh
keadaan lahan tempat mesin panen tebu dioperasikan yang mempengaruhi efisiensi
waktu dan biaya pemanenan, diantaranya adalah:
1.
Kemiringan lahan
2.
Pola kebun
3.
Tinggi dan panjang
gulukan
4.
Kebersihan lahan dari
benda-benda yang dapat mengganggu kinerja mesin.
Pemanenan tebu
secara mekanis dapat dengan dua cara, yitu menggunakan wholestalk harvester dan cooper
harvester. Kedua jenis mesin panen tersebut berbeda dalam hal hasil
potongan batang tebu panen.
Wholestalk harvester
memotong tebu pada pangkal batang dekat permukaan tanah, kemudian dibawa ke
belakang dan disusun di atas gundukan. Dengan demikian, tebu hasil panen masih
berupa lonjoran batang tebu utuh yang diletakkan di atas permukaan tanah. Tebu
hasil panen dengan cara seperti ini sering tercampur kotoran(tanah) pada saat
permutannya ke alat angkut yang akan membanya ke pabrik.
Chopper harvester
memotong tebu berupa potongan-potongan berukuran pendek. Tebu yang sudah
dipotong pada pangkal akan di potong lagi menjadi potongan-potongan lebih
pendek yang disebut billet dengan ukuran 20X40 cm. Penggunaan cooper harvester
lebih akan lebih menguntungkan disbanding wholestalk harvester untuk berupa
kondisi tertentu. Pada table diperlihatkan perbedaan penggunaan dan hasil panen
tebu menggunakan kedua jenis mesin panen tebu tersebut.
indikator
|
Wholestalk harvester
|
Copper harvester
|
Proses pemanenan tebu
|
Memotong tebu pada
pangkal batang dekat permukaan tanah, kemudian dibawa ke belakang dan disusun
di atas guludan
|
Tebu yang sudah
dipotong pada pangkal batangnya akandipotong lagi menjadi potongan-potongan lebih pendek
|
Ukuran batang tebu
panen
|
Lonjoran (batang tebu
utuh)
|
Potongan-potongan
pendek
|
Kebersihan batang
tebu panen
|
Tercampur kotoran
(tanah)
|
Hampir tidak
tercampur kotoran
|
Kapasitas angkut
kendaraan pengangkut batang tebu panen
|
Lebih rendah
|
Lebih tinggi
|
Lama
waktu tunggu setelah dipanen sebelum digiling
|
Lebih dari 24 jam
|
Kurang dari 16 jam
|
Proses yang terjadi
dalam suatu unit mesin panen tebu chopper harvester secara umum dapat di
jelaskan sebagai berikut :
1. Mengarahkan
batang tebu dalam suatu barisan kedalam bagian pemotong batang tebu.
2. Memotong
pucuk batang tebu
3. Memotong
batang tebu di permukaan tanah
4. Menggoncang
batang tebu supaya terlepas dari tanah dan pasir yang menempel
5. Memotong
batang-batang tebu menjadi billet
6.
Membawa billet menggunakan conveyer
7.
Membuang sampah dan material yang
ringan
8.
Memuat billet ke kendaraan angkut
Aliran potongan batang-batang tebu dan
material-material yang terbawa dalam proses pemanenan tebu (chopper harvest dan wholestalk harvester) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Aliran tebu di dalam mesin
panen tebu (chopper harvester)
Gambar 3. Contoh wholestalk harvester yang dikembangkan oleh MERADO (CMERI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar